Saturday, April 23, 2011

Kehadiran Seorang Anak Merupakan Berkah yang Tak Terkira

Meskipun sampai artikel ini saya tulis dan terbitkan, saya belum memiliki seorang anak-karena memang saya belum menikah; maka izinkan saya untuk menyampaikan beberapa pandangan saya serta nasehat yang terkandung di dalamnya nanti agar kalian sebagai pembaca bisa menilainya dengan baik. Bisa memilah-milah apakah yang saya sampaikan bisa kita wujudkan atau tidak.


Perempuan, akan sangat berbahagia sekali bila ia diberikan kepercayaan oleh Tuhan (Allah Swt.) untuk dititipi seorang atau bahkan beberapa orang anak melalui rahimnya yang kemudian dilahirkanlah seorang bayi mungil yang dikemudian hari bersama-sama akan diasuh oleh Ibu si bayi dengan didampingi oleh suaminya sebagai kepala rumah tangga. 


Tidak dipungkiri juga bagi beberapa pasangan yang menikah muda, lalu kemudian dikaruniahi seorang anak-mereka melibatkan kedua orang tuanya khususnya Ibu sebagai mertua. Ada juga yang sudah siap menerima tantangan mengurus bayi mungil tadi seorang diri alias single parent. Apapun itu, semoga tidak dijadikan beban. Karena belakangan kita semua tahu, banyak sekali kasus aborsi akibat hamil di luar nikah. Serta kasus pembuangan bayi yang notabene baru dilahirkan oleh si Ibu. Ya Allah, sungguh kejam sekali yang demikian itu. Sekiranya, teman sekalian bisa sedikit menunjukkan kepedulian kalian terhadap lingkungan khususnya dalam lingkungan berumah tangga, bagi yang sudah menjalankannya juga sebagai bekal untuk kita-kita (yang belum berumah tangga) nantinya ketika sudah berkutat di dalamnya.

Sebagai orang tua dari anak-anak kita, sudah sepatutnya kita memainkan peran kita sebagai Ayah dan juga Ibu untuk anak-anak kita. Sayang sekali bila kita melewatkan pertumbuhan anak kita dari hari kehari. 

Mungkin Anda bekerja, suami Anda juga. Lalu anak Anda dengan siapa di rumah? Dengan neneknya kah, baby sitter kah? Apabila itu terjadi, semoga kasih sayang kedua orang tuanya lebih besar daripada kasih sayang baby sitternya. Sebagai Ayah dan Ibu dari anak kita nantinya-kita harus meluangkan waktu untuk mereka. Jika masa-masa menyusui, kita mencurahkan semua perhatian kita ke anak, maka di masa-masa balita, batita, kanak-kanak, remaja lalu dewasa kita juga masih harus memperhatikannya sebagai wujud rasa cinta dan kasih sayang kepada mereka. Juga supaya keluarga kita solid, rukun dan harmonis sampai rambut kita memutih dan menyaksikan jagoan kita meraih cita-citanya di luar sana.

Ketika anak kita sudah mulai menunjukkan ketertarikannya pada suatu hal lalu menekuninya, maka marilah-kita sebagai orang tua mendukungnya, mengambil sikap serta memberikan perhatian barangkali ada satu-dua nasehat yang penting untuk menunjang potensi serta bakat yang dimiliki si anak tadi. Kita tidak perlu melarangnya dan mengarahkan si anak agar tertarik dengan apa yang kita sendiri ingini. Biarkanlah mereka yang memulai menemukan bakat serta potensinya sendiri, sehingga kita sebagai orang tua memiliki ruang untuk mensupportnya serta mengarahkannya apabila diperlukan. 

Saat masih kanak-kanak sering kita jumpai kepolosannya, maka ketika menginjak usia remaja si anak akan sedikit berubah baik fisik maupun psikis. Adanya perubahan dalam penampilan, caranya berbicara, serta penyelesaian masalah bisa kita jadikan patokan. Berdasarkan pengalaman saya yang dulu-dulu-saya dapati di lingkungan sekitar saya, jika si anak dituntut untuk ke A padahal si anak lebih suka di B; justru akan mempengaruhi sikapnya. Kadang dia brutal, bisa jadi dia mengikuti saran kedua orang tuanya dengan keterpaksaan yang membuat sebuah keberhasilan itu menjadi sangat sulit untuknya karena kurang dikuasahinya bidang tadi. Mendukung perkembangan bakat dan potensi pada anak bukan berarti memaksakan kehendak kita sebagai kedua orang tuanya. Sudah sepatutnya, itu menjadi hak asasi si anak tadi untuk menggali serta menekuni bakat yang dimilikinya juga potensi yang terus ditunjukkannya. Bukankah ini bagus? Di sini komunikasi sangat diperlukan. Sangat disayangkan jika anak lebih dekat dengan orang lain ketimbang dengan keluarga kandungnya sendiri. Jadi, optimalkan cara berkomunikasi kita sebagai kedua orang tuanya dalam menanggapi serta menyaksikan proses pencarian, pengembangan serta pemenuhan bakat dan potensi anak tadi.



Sifat setiap anak pasti beragam. Ada yang cengeng, bandel, pendiam dan sebagainya. Jika anak kita bandel lalu bagaimana sikap kita sebagai kedua orang tuanya? Seorang Ayah sangat berpengaruh di sini. Ayah, sebagai kepala rumah tangga memiliki peranan penting untuk menjaga kerukunan keluarganya. Selanjutnya kerja-sama antara Ayah dan Ibu. Bandel bisa jadi bukan karena faktor keluarga, ini bisa juga disebabkan oleh lingkungan sekolah, tempat bermain atau tempat lain di mana si anak sering menghabiskan berjam-jam waktunya di sana. Sebagai Ayah dan ibu dari si anak, kita tidak perlu menanggapi kebandelan si anak tadi dengan marah-marah, mencaci bahkan sampai main tangan segala! Yang perlu kita perhatikan, bagaimana kita bisa memberikan penjelasan pada si anak bahwa bandel/perbuatan yang demikian itu sangat tidak baik dan justru merugikan diri sendiri. Menunjukkan dan memberikannya contoh bagaimana menjadi seorang yang penyayang tanpa harus melukai perasaan orang lain. Mengajarinya gimana cara memberikan perhatian ke orang lain tanpa harus mengganggu si orang tadi. 

Jika anak masih susah di atur, perlu ditegaskan adanya sangsi yang bisa memberikan efek jera ke anak tadi. Tidak perlu dengan ancaman tindak kekerasan ya, perlu diingat. Sangsi di sini bisa berupa mengurangi kemudahan-kemudahan yang diperolehnya di rumah ataupun di sekolah. Misalnya, kalau anak masih berumur 3 sampai 5 tahunan, kita bisa memberikan sangsi bersyarat seperti ini; sebut saja si anak bernama Sintia-jadi gini sayang, karena Sintia dinasehatin Ayah sama Ibu tetep bandel, mulai besok Sintia tidur sendiri, kalau main minta ditemenin...Ayah sama Ibu ndak bisa nemenin sampai Sintia janji ndak bandel lagi, sebelum tidur minta dibacain dongeng sama Ibu, terpaksa ndak Ibu bacain dongengnya. Ayo, apa Sintia masih mau bandel lagi? Nah, begitu lebih mudah kan teman sekalian? Nggak perlulah kita buang-buang tenaga dan bersikap kasar dengan anak yang justru akan membuatnya semakin bandel. Bentakan serta caci maki dari orang tua pada anak justru akan menjadikan si anak tadi ketakutan serta minder. Luka ini lebih lama membekas di hati sanubari si anak ketimbang luka fisik semisal Anda mencubitnya. Apa kalian tega? Kepribadian seorang anak terbentuk juga karena faktor lingkungan keluarga. Bersikap manislah kalian, sayangi dan kasihi titipan Tuhan.



Selanjutnya, menyikapi perkembangan teknologi sekarang, sudah pasti kita sebagai kedua orang tua si anak turut ambil bagian. Fenomena sekitar yang nampak, seorang anak yang masih SD kelas 1 saja sudah memiliki handphone. Tak tanggung-tanggung, merknya BlackBerry. Ya kalau ini diperlukan, namun kalau tidak ya sebaiknya dipikir-pikir dulu. Tanggung jawab kita sebagai kedua orang tua kan menjaga serta mengikuti perkembangan anak. Lalu dengan kemudahan internet serta kecanggihan teknologi yang ditawarkan sekarang, apa yang perlu kita lakukan? saya rasa Anda sudah sangat berpengalaman ketimbang saya. Menyayangi anak bukan berarti memanjakannya dan menuruti semua keinginannya, bukan? Kita bisa saja mengisyaratkan akan memenuhi permintaan si anak tadi jika syarat yang kita ajukan sebelumnya dijalankan oleh si anak. Kita bisa membimbingnya untuk lebih giat belajar, serta memberikan pengertian yang mudah dipahami jika permintaan anak memang belum bisa diwujudkan atau dipenuhi oleh kita sebagai orang tuanya. Bila umur belum memenuhi kesepakatan kita dengannya kita bisa menjanjikan atau menggantinya dengan yang lain yang bisa menunjang kreatifitas anak serta melecut semangatnya. Perlu kita berikan arahan agar sesuatu yang sangat diinginkannya seperti handphone tadi menjadi tepat guna dan tidak disalahgunakan. Sekali lagi, komunikasi antara Ayah, Ibu dan anak sangat penting di sini. Karena setiap yang di atas itu akan saling berkesinambungan.



Serasa membosankan ya ngelihat tulisan di atas itu? saya harap tidak. Panjang banget euy! Ya, semoga kalian tidak menilai dari panjang-pendeknya tulisan saya, tapi lebih ke manfaat yang bisa diambil serta dijadikan pelajaran. 

Sebagai pelengkapnya, saya turut senang atas ulang tahunnya mbak Uzlifahtul Fitriah yang ke-20 dan kehamilannya diusia 6 bulan bertepatan tanggal 23 April 2011 di mana acara Giveaway "Bayu Family Berbagi"  resmi dibuka. Tidak lupa juga saya ucapkan selamat ulang tahun buat mas Arif Bayu Saputra selaku suami mbak Azli kemarin itu tanggal 2 April 2011. Lengkap sekali rasanya kebahagiaan yang turut saya rasakan, sehubungan dengan ulang tahun pernikahan mas Arif dan mbak Uzli yang pertama. Di hari yang bahagia ini saya do'akan semoga mbak Uzli diberikan kesabaran dalam proses persiapan menjadi seorang Ibu, trus misal mbak Uzli ada masalah sebaiknya segera diselesaikan  juga dibicarakan bersama dengan suami-saling terbuka dan jujur itu lebih baik, serta mas Arif diberikan pemahaman dalam memenuhi serta melengkapi permintaan mbak Uzli bila sudah melahirkan nanti, pokoknya suami-istri harus saling mengerti. Menyambut kelahiran anak sampean dengan penuh syukur. Tetaplah menjadi seorang pemimpin dalam keluargamu mas Arif, dan mbak Uzli- semoga sampean diberikan kemudahan pas proses bersalin ntar juga kesabaran merawat anak kalian tentunya. Selamat berbahagia, melanjutkan bahtera rumah tangga kalian  sebagai calon Ayah dan Ibu dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah Rasululloh Saw. serta Al-Hadist. Tidak lupa, saya ucapkan banyak terima kasih untuk teman blogger sekalian yang sudah bersedia membaca artikel ini nantinya sampai tuntas. Pamit dulu ya, Assalamu'alaikum :)

30 comments:

  1. @ Hilmy : dari kemarin komennya keren deh -.-"

    ReplyDelete
  2. Sangat setuju dengan judulnya...anak adalah berkah yang tak akan pernah ternilai. kapan yah aku juga punya...

    ReplyDelete
  3. wah, persepsi ajeng mantap banget nih. nganga bacanya.

    good luck ya Ajeng:)

    ReplyDelete
  4. @ Fadly : Ya kalau sudah menikah dan waktunya tiba :)

    @ Mbak Nova : mbak ini bisa aja deh, gede ni kerudung ntar. ndak muat jadinya kepala saya :D
    Thanks banget mbak atas dukungannya :)

    ReplyDelete
  5. Panjaaang untuk seorang yang belum berpengalaman. Paling aku juga pendek, moga2 sempet

    ReplyDelete
  6. @ Ami : ini berdasarkan baca2, mengamati sekitar juga film yang membuatku terinspirasi mbak... "Bad House wife"

    ditunggu tulisan sampean, kan lebih berpengalaman :)

    ReplyDelete
  7. ow...keren banget Ajeng..... komplit...serasa jadi ibu beneran ni...hihi

    ReplyDelete
  8. @ Aina : tapi setelah baca komentar mbak Ami, ngerasa gimana gitu mbak. Apa tulisanku kepanjangan ya mbak? hmm, kan saya sesuaikan dengan syarat yang ada >.<

    @ John : nunggu dilamar John, biar pertanyaanmu terjawab :p

    ReplyDelete
  9. Aku save dulu mbak filenya,,,, terima kasihmbak partisipasinya....... :)

    ReplyDelete
  10. @ John : iya, kalau kamu kapan menikah dan punya anak?

    ReplyDelete
  11. Salam

    Nice share kawan, salam kenal yach.
    Mohon ijin save buat referensi...

    Salam kawan

    ReplyDelete
  12. Assalamu'alaikum,
    begitulah kalo calon seseorang berjiwa guru, pasti mengerti dan memahami psikologi perkembangan anak. Artikel yang manteb dan bermanfaat bagi semua, semoga tulisan menjadi menjadi ladang amal dalam menebar kebaikan.
    jempol

    ReplyDelete
  13. wahhh,,, kakak uda kebelet yah? ehehe
    mau jadi om nih,, wkwkwk :D

    ReplyDelete
  14. kalau aku sih tahun rencana tahun 2015 nanti
    eum ... tapi kayaknya diundur 2020 deh, cz kayaknya bakal banyak hal yang perlu aku selesaikan terlebih dahulu ... hahah :D

    ReplyDelete
  15. Mendidik & membimbing anak memang gampang2 susah juga aplg bagi ortu yg bekerja. Harus bisa membagi waktu pastinya agar anak tidak merasa sendiri & tidak diperhatikan. Nice share sist :D

    ReplyDelete
  16. Banyak hikmah yang saya petik disini untuk di terapkan di rumah tangga saya nih..!
    teruss rencaananya kapan donk punya anak nihh Mbak ajeng xixi.?

    ReplyDelete
  17. info bagus buat saya yang akan memulai rumah tangga tahun ini....makasih.

    slamat hari kartini yah

    ReplyDelete
  18. top deh postingannya, ikut merayakan ultah istrinya Arief Bayu ya

    ReplyDelete
  19. asswrwb... terkadang teori tdk bisa diterapkan setelah praktek real, tapi itulah gunanya kita terus belajar. Dengan memulai belajar sejak belum menikah mudah2an bisa menambah ilmu untuk lebih memahami seluk beluk dalam mengasuh anak. Nica article, semoga bermanfaat bagi yg membutuhkan dan menjadi amal jariyah....^_^. Great!!

    ReplyDelete
  20. perasaan wanita emang dalem ya... :)

    ReplyDelete
  21. kalau anaknya ga takut digertak saat dihukum tidur sendiri bagaimana?

    #anak cowo gitu :D

    ReplyDelete
  22. @ ri0 : ya kita buat perjanjian yang lain, misal ndak dibelikan mainan yang dia suka kayak mobil-mobilan, anaknya umur brp sih Yo :D

    ReplyDelete
  23. wah, keliatannya ajeng sudah siap nih..

    @John: udah siap tuh jon, kok malah di undur.. :p

    ReplyDelete
  24. Hihihi. dirimyu dah ahli yah Say dalam teori menangani anak. Tinggal prakteknya neh *gimana, dah ada calon belom? Kalo dah ada jangan lupa yah undangannya kirim2 ke Miri* :-)

    ReplyDelete
  25. Salam kenal...ikutan jg ya...
    postingannya panjang banget dan lengkap sekali... meski belum bekeluarga tp kayaknya udh pengalaman aja ya...moga nanti kalau sdh punya anak, semuanya bisa di jalani...
    sorry...aku share ya, dan aku jg udh follow...dan harap follow balik...

    ReplyDelete
  26. bahkan anak ga akan bisa kita tukar dgn apapun....

    ReplyDelete
  27. hebat bgt ..

    sukses yaaaa ..

    salam :)

    ReplyDelete

Please give your comments in writing ...