sumber gambar |
Judul Buku : Dahsyatnya Ibadah Haji
( Catatan Perjalanan Ibadah di Makkah dan Madinah )
Penulis : Abdul Cholik
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Cetakan Pertama : 2014
Tebal : 233 halaman
ISBN : 978 602 02 4810 3
Saat mendengar atau mengetahui seseorang akan berangkat ke tanah suci untuk beribadah haji saya selalu antusias ingin menanyakan ini-itu. Seperti apa kondisi di sana, bahkan syaf saat jemaah sholat pun ingin saya tanyakan hehe.
Beruntung sekali ada buku Dahsyatnya Ibadah Haji yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi disertai dengan foto-foto saat berada di sana (sehingga menambah pemahaman untuk saya khususnya hehe) oleh salah satu blogger dari Surabaya, namanya Abdul Cholik (kerap disapa Pakdhe). Dari buku inilah rasa penasaran saya terobati. Secara garis besar buku Dahsyatnya Ibadah Haji bercerita tentang perjalanan ibadah haji yang penulis sendiri alami bersama dengan sang istri. Semua pengalaman baik sebelum berangkat haji (dari kelengkapan barang bawaan, handphone, kamera, paspor, uang dan lainnya lengkap dibahas), beribadah di Makkah dan Madinah (kondisi di maktab, Masjidil Haram dan lainnya) sampai pulang kembali ke tanah air. Banyak pertanyaan terselip di benak saya yang belum pernah terucap pun terjawab dengan membaca buku ini. Mungkin kalau tidak membaca buku ini, atau tidak ada orang yang ngasih tahu langsung-saya tidak akan pernah tahu (barangkali) kalau toilet di sana (Makkah atau tempat lain) juga ngantri karena jumlahnya terbatas tidak sesuai dengan banyaknya jemaah yang ada saat itu. Seperti beberapa penggalan kalimat yang sudah dituturkan oleh penulis pada judul "Menyiasati hajat Penting" berikut,
Di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Arafah, atau di Mina memang tersedia toilet untuk melampiaskan hajat yang bisa ditunda ini. Namun, harap diketahui jumlah toilet tentu tak sebanding dengan jumlah jemaah yang memerlukannya. Oleh karena itu, hajat ini harus benar-benar terkelola dengan baik.
Selain itu, saya juga semakin paham kalau saat haji pun beberapa aktivitas di rumah juga kita kerjakan seperti saat menyetrika baju, mencuci baju lalu menjemurnya (meskipun ada laundry kita bisa melakukannya sendiri), dan memasak mie, air atau nasi. Penulis juga menyampaikan beberapa tip diantaranya tip tentang pengamanan koper dan tas-tas yang kita bawa selama ibadah haji, tip sebelum dan selama berada dalam pesawat terbang serta saat keluarnya, tip untuk mencegah kelupaan saat manasik haji, tip untuk menjaga dan memelihara kesehatan selama berada di tanah suci, tip menyiasati hajat penting utamanya di tempat-tempat yang jumlah toiletnya terbatas, tip agar tidak tersesat di jalan, dan tip berburu oleh-oleh. Lengkap deh.
Menurut saya, hal mendasar yang disampaikan oleh penulis dan barangkali sering kita lupakan saat naik haji adalah meluruskan niat. Seperti kata beliau,
Saya dan istri perlu meluruskan niat, yaitu naik haji hanya karena Allah atau naik haji sebagai ibadah.
Yup, inilah hal pertama yang ngena di hati saya. Semua bermula dari niat, di sini-di hati kita. Jadi, apa saja yang harus kita siapakan jika naik haji? Banyak, ditambah tip dari penulis demi kelancaran di tanah suci. Pokoknya buku ini sangat saya rekomendasikan bagi siapa saja yang belum atau akan naik haji karena bahasanya sederhana dan mudah dipahami, harganya terjangkau, selain tip-penulis juga tidak pernah bosan mengingatkan pembaca agar selalu bersabar, teliti, waspada dan menanggalkan yang namanya sifat sombong.
Ngomongin soal kelebihannya, tidak lengkap tanpa menuliskan kekurangan dari buku ini. Kekurangan itu diantaranya, salah ketik atau kurang huruf (pada halaman 17 kata "tinggal" seharusnya "tingkat", halaman 26 kata "mat" kurang huruf "a", halaman 42 kata "sampikan" seharusnya "sampaikan", halaman 56 kata "selamat" seharusnya "sholawat", halaman 58 kata "dalan" seharusnya "dalam", halaman 66 kata "Mahatinggi" diketik tanpa spasi seharusnya "Maha Tinggi", kata "ustaz" seharusnya kan "ustadz", halaman 90 kata "yag" seharusnya "yang", halaman 105 kata "Mahakuasa" tanpa spasi seharusnya "Maha Kuasa", halaman 119 kata "Qiyamil lail" seharusnya "Qiyamul lail", halaman 120 kata "makanala" seharusnya "manakala", halaman 131 kata "sanak-kadang" mungkin yang dimaksud "sanak-keluarga", halaman 158 kata "berzkir" kurang huruf "i"), kurang konsisten menulis nama kota Makkah yang kadang-kadang ditulis Mekah, dan kalimat yang terpotong seperti pada halaman 129 paragraf terakhir.
Saran saya, karena ada beberapa foto dan keterangannya yang tidak dicetak satu halaman seperti saat penulis menceritakan beberapa objek yang dikunjungi-sebaiknya antara foto dan keterangan foto berada dalam satu halaman agar lebih mudah dilihat (sambil membaca keterangan foto, saat itu juga kita mengamati fotonya atau melihat fotonya dulu baru membaca keterangan di bawahnya kan lebih enak).
menarik ....teliti banget bacanya...
ReplyDeleteReviewnya detail.
ReplyDeleteSemoga menang ya Mbak.
Ryan
Ryanfile.wordpress.com