Membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan memang agak sensitif kesannya. Namun adakalanya, untuk seseorang yang lagi berbunga-bunga (jatuh cinta) tidaklah demikian. Dapatkah kau mencintai tanpa melukai? Tentu saja saya jawab, dapat. Mengapa? Karena kerukunan tercipta dari sana.
Mencintai keluarga saya, tanpa melukai sidkitpun perasaan dari mereka-bapak, ibu, mas-mas dan mbak saya. Permasalahan yang timbul kadang bukan pada kecintaan saya pada mereka yang berlebihan, tentu saja bukan. Masalah ini justru timbul karena ulah saya sendiri. Ya, saya yang selalu lebay dalam bersikap terlebih lagi dalam menanggapi persoalan yang biasa di keseharian saya. Kelanjutannya apa? Masalah tadi justru mempersulit diri saya sendiri. Saya yang membuatnya, dan saya serta orang-orang di sekitar sayalah yang kena dampaknya.
Menangislah saya agar beban permasalahan saya tadi sedikit berkurang. Efektifkah? Tidak sama sekali., karena nangisnya lebay Selanjutnya saya terdiam. Merenungi hari ini, kemarin dan hari-hari sebelumnya. Kenapa saya begini dan kenapa bisa begitu. Pada akhirnya saya tahu, cara saya dalam melihat hal-hal kecil di sekitar saya salah. Melihatnya dengan kebencian, bukan dengan rasa syukur. Menjalaninya dengan penuh rasa terbebani, bukan karena ibadah dan keikhlasan.
Saya ingin berubah, tidak yang berubah semenit lalu di menit keberikutnya kambuh lagi. Saya tidak ingin melukai hati mereka. Mereka yang saat ini jauh dari saya. Mereka yang setiap saat meluangkan waktunya hanya untuk menanyakan kabar saya pagi ini, masak apa saya pagi tadi, bagaimana keadaan di rumah dan sebagainya. Saya mencintai mereka, walaupun kata ini terkesan lucu biarlah. Saya menyayangi mereka. Dan saya berterima kasih kepada mereka.
Ibu saya yang saya cintai, beliau yang selalu tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres pada saya meskipun itu saya sembunyikan jauh sekali-yang pada akhirnya ketahuan. Bapak saya yang sampai sekarang sangat tegar, saya juga mencintai beliau-yang saat itu sebentar saja menemani serta melihat anak sulungnya yang dulu jauh ini. Mas Andri juga mas Agung, saya mencintai mereka-orang yang bertanggung-jawab saat ini setelah ibu dan bapak. Terakhir, mbak Dewi-kakak perempuan saya satu-satunya. Mencintai beliau saja mungkin tidak cukup. Karena banyak sekali kesalahan yang berulangkali saya lakukan namun masih dimaafkan oleh beliau. Justru beliaulah yang menghibur saya agar kesalahan tadi tidak terulang. Beliaulah yang menjadi motivasi terbesar saya. Sikapnya yang kadang tegas dan garang, obat di kelemahan hati saya saat itu. Saat di mana kehidupan saya mulai layu. Dibanjirilah saya dengan kata-kata pedasnya, yang tidak lagi membuat saya lari. Inilah saya-dengan cara saya mencintai tanpa melukai. Mengoreksi diri saya sendiri untuk hal-hal yang sudah maupun yang akan saya lakukan. Melihat lebih kepada makna yang tersembunyi dibalik situasi yang sedang saya jalani. Menjaga agar komunikasi menjadi lebih berarti.
Mencintai tanpa melukai
Kadang aku sadar, sangat sadar...
tapi terlanjur luka.
Kalau ada yang bisa ku ganti, pasti ku gantikan agar perasaan mereka tidak terluka (lagi). Mencintai tanpa melukai memang tidak mudah. Ada kalanya hati sudah kompromi untuk tidak melukai, tapi lain di lidah juga perbuatan yang lalu disalah-artikan hingga jadi luka atau ketersengajaan dengan cara halus namun melukai. Tulisan memang tak sebanding dengan kenyataan, tapi saya berusaha. Agar cinta saya tidak melukai serta menjadi omong kosong belaka. Cinta saya pada keluarga, lingkungan, teman dan yang terutama adalah cinta saya pada Sang Pencipta (Allah SWT).
mencintai tanpa melukai itu sulit, hanya cinta Ibu ke anaknya lah yang mampu melakukannya
ReplyDelete@Adi: Memang, tapi ini bukan alasan untuk tidak berusaha kan? Ibu saya memang super, saya bersyukur dilahirkan oleh beliau.
ReplyDeletetapi kadang wujud luka itupun demi kebaikan bersama. Perlu rasa saling pengertian, kalau tidak akan ada salah satu pihak yg terlukai
ReplyDelete@Tekno: Iya, kan beda cerita lagi kalau melukai demi kebaikan bersama entah itu disepakati oleh kedua belah pihak, maupun satu pihak saja (yang terluka).
ReplyDeleteperasaan seorang ibu peka banget ya? tahu kalau anaknya sedang galau, dll.
ReplyDeletetulisannya dalem banget mba, mungkin rasa terluka hadir karena kesalahpahaman, padahal maksudnya bukan untuk melukai. Itulah pentingnya komunikasi :)
sukses dgn kontesnya mba!
@Mbak Nart: Betul mbak. Saya juga heran, kok bisa?! Kadang itu, di waktu yang tak terduga, ibu saya nelfon lalu menanyakan hal2 yang justru saya hindari untuk membahasnya. Kayak kejutan mbak :)
ReplyDeletedalam satu hentakan nafas ketika beliau melahirkan
ReplyDeletelalu kita twaf sambil menggendong beliau ...
BELUM TERBAYAR JASA JASA NYA
BELUM TERBAYAR JASA JASA NYA
BELUM TERBAYAR JASA JASA NYA
BELUM TERBAYAR JASA JASA NYA
@Hiro: saya sedikit bingung dengan maksud yang ingin Anda sampaikan >.<
ReplyDeleteSayangnya gak ada yg bisa kita gantikan ya hhe... :) tapi gak perlu nyesel juga karena bisa diperbaiki hhe.. :) aku juga udah jawab pertanyan ini dipostinganku kemaren :)
ReplyDeleteooo lagi ada kontes tho...
ReplyDeletepantesan rada binun dari kemarin nemu judul judul yang sama...
semoga sukses ya...
@Dj: lagi seneng ya? hhe, iya nggak ada yang bisa digantikan soale nasi dah jadi bubur.
ReplyDelete@Om Rawins: Sip Om, makasih.
Udah ku Invite Jenk di Google+, dicek emailnya... :)
ReplyDelete@Dj: Siap, ke TKP
ReplyDeletemba ajeng..makasih banyak atas partisipasinya ya..
ReplyDeleteniat indah utk tdk melukai sungguh akan melahirkan komunikasi yg baik :)
oya, makasih udah follow, aku udah follow balik di no.230.. :)
ReplyDeleteMencintai tanpa melukai...hmmm
ReplyDeleteHmm..hmm...hmmm....hmmm^^
ooh ini kontes lagi ya Ajeng?
ReplyDeletegood luck ya :)
entah kenapa, aku ngerasa hal itu ga mungkin. Bahkan hubungan cinta ibu anak pun bisa saling melukai. Tapi itu tidak masalah. Asal perasaan 'luka' nya tidak dibesar-besarkan. kadang karena terlalu fokus membahas 'luka' akhirnya cintanya yang terlupakan.
ReplyDeleteMenurut saya, jauh lebih baik saling mencintai dan terluka. Daripada berlindung di balik cinta yang aman. kayaknya gregetnya ga ada, kalau aman-aman aja.
#it just my personal opinion.
kadang kita melukai seseorang karena kita cinta mereka..
ReplyDelete@Tula: konteks terluka maksudnya bukan sengaja saling melukai kan? memang secara nggak langsung dan nggak disengaja-saya pun pernah melukai beliau, tapi apa iya seperti itu terus Hud? nggak ada perubahan dong dalam diriku? Pemahaman "luka" tiap orang kadang beda karena nggak membaca permasalahan yang sebenarnya atau bisa jadi si pencerita nggak nyeritain detailnya kek gimana. Mencintai dan terluka saya setuju kok, nobody's perfect.
ReplyDelete@Mbak Meutia: jalan terbaik tepatnya
ReplyDeleteini topik yang berat... aduh, komen apa ya... hmmm.
ReplyDeletegue numpang baca aja deh ya. ghehehe.
tulisan yang bagus :)
@Rborn: berapa kilo?! Hha, makasih :p
ReplyDeletesemoga menang ya...
ReplyDeleteWah tema postingan kita sama ne say, CINTA
ReplyDeletesama-sama saling mengingatkan ya untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi, ganbatte...
Happy Blogging
tulisannya baguuus !
ReplyDeletesemoga menang mbak :)
www.urkhanblog.com
In life God doesn't give you the people you want, instead He gives you the people you need. To teach you, to hurt you, to love you, and make you exactly the way you should be.
ReplyDelete@Claude: I Agree, thanks Claude.
ReplyDeletesenenarnya ketika aku mencintai, aku gak pernah punya maksud untuk melukai.... tapi kadang2 rasa egoisku muncul sehingga tanpa sadar aku melukainya...hikshiks....
ReplyDeletekalo tanpa melukai pasti bisa dalam artian melukai orang lain
ReplyDeletenamun tetap cinta itu melukai diri sendiri :)
sepertinya kmu belum mengenal cinta diluar keluarga a.k.a pacarannya? hehehhehehe coba aja nanti, apa bener bisa mencintai seseorang tanpa melukai sedikit pun
ReplyDelete@Aina: kalo cinta terhadap someone ya pernah lah mbak, saya melukainya juga.
ReplyDelete@Pak Sis: subhanalloh
@Terro: iya, lebih ke siapa cinta tersebut ditujukan.
@Exort: belum saatnya,
semoga menang deh kontesnya. hehehe...:)
ReplyDeletejikalau kita memang benar benar mencintai sesuatu, maka tiadalah istilah meluka dan terluka-i di dalamnya...
ReplyDeleteParagraf terakhir...nice masyaaAllah
ReplyDeleteSaya jadi penasaran, permasalahannya tuh yg kayak gmn yak?
ReplyDeleteass
ReplyDeletesip mba kalau mencintai tanpa melukai
walaupun terlanjur luka tapi pernah mencintai.
maaf mba baru berkunjung
bgus tulisannya.
ReplyDeletesemoga menang ya
sukses!
Cinta itu adalah batas kabur antara luka kesedihan dan kebahagiaan. :))
ReplyDeletehai ajeng, hadiah give awayku dah nyampe. cuma selang bbrp hari setelah diumumkan di blog sheila. punyamu blum sampe ya? coba tanya lagi ke sheila...
ReplyDeletecheers :)
mencintai tanpa melukai untuk saya tidak mudah.. jika cinta akan sakit ditinggal pergi apa lagi kematian yg jemput :) berarti dah melukai..
ReplyDeleteCinta yang tulus, cinta yang suci.
ReplyDeleteKalau ada luka itu merupakan efek dari sebuah cinta antara lelaki dan perempuan.
moga menang ya. btw, foto yg ingin dilombakan harus diposting ulang.
ReplyDeleteuh ... berat sekali ... tapi itulah yang selalu kita usahakan ... benar tida?
ReplyDeleteMenurutku, akan sulit mencintai tanpa melukai karena manusia punya bnyk kekurangan, karena pasti akan melukai orang yang dia cintai meski sekali saja;)
ReplyDeleteCinta nggak hanya berkata2 yah Jeng...
ReplyDeleteCinta dan kasih sayang itu harus dibuktikan dgn tindakan :-)
mencintai dengan sepenuh hati.. rela dan iklas.. tanpa pamrih... :)
ReplyDeletesaya setuju sama huda tula. saya rasa itu ga mungkin. untuk itulah kata maaf dan belajar diciptakan
ReplyDelete